&t /// JELAJAH BELANTARA ///: Berselancar di Atas Buku.

Sunday, May 01, 2005

Berselancar di Atas Buku.

Pernah saya dengar ungkapan, bahwa selain media, disebutkan
bahwa buku adalah sumber kejahatan terbesar manusia.
Ya! Apalagi buku-buku 'berat'! Terlepas dari apakah buku itu
menipu (deceptive) atau sejenis jurnal sains.
Setidaknya bagi
peradaban maju.
(mungkin saya tidak memperhitungkan buku
masak memasak dalam golongan ini, kecuali buku itu menghidangkan
sup bayi seperti di Jepang). Atau untuk sebagian besar manusia
Indonesia yang sangat kuat budaya okultis-nya, mengharap
berperilaku obyektif-empiris tanpa bekal yang kuat dalam
mendekonstruksi sebuah buku adalah mustahil.

Kadang kita tergugah. Menaruh minat besar. Wow! ini baru keren!
Sangat menarik untuk dibaca, seperti yang pengen saya baca
di bawah ini. Gak begitu penting sih, daripada tidak saya baca?
Toh H.P. Lovecraft, penemu kata 'Necronomicon' tidak keberatan. :)
(Memahami agama melalui literatur sama halnya menggali artefak
kebudayaan kuno tentang realitas fisik dan mitologi di dalamnya.
Namun ada perbedaan besar di antaranya. Of course, this is also
the problem with religion in general, but I digress).




Tidak berlebihan juga. Karena memang memahami kandungan buku
sama halnya mencerap informasi dari media, yang dimana jika tanpa
pendamping, penafsiran (hermeneutika) yang kita susun
tidak bakal 100% sempurna. Akan ada salah-salah kata. Distorsi.
Tergantung dari latar belakang kita, dan juga pendamping kita.

Memang selalu ada resiko. Apalagi dalam menafsirkan untaian
kalimat agung pada kitab suci. Wallahu'alam.

2 Thoughts You Share:

Anonymous Anonymous said...

tapi, sy pernah baca bahwa buku adalah teman yang paling baik, bahkan mungkin paling setia. Ia tak berkutik meski dicabik-cabik atau tertutup debu tebal lemari.

sy sedikit setuju kalau buku bisa jd sumber kejahatan, semua tergantung penulis dan pembacanya.

sy sangat stuju ktk menelusuri kata, menerjemahkan makna dan menafsirkannya *apapun bukunya* butuh pembimbing, meski ia tetap beresiko. Tapi, sendiri sangat jauh lebih beresiko
...tidak menyesal orang yang bermusyawarah, berdiskusi...

btw, jazzakallah komennya nikk. suthur apa ya? belum pernah dengar. Kalau futur sering dengar...apakah futur yg nikk maksud?

-umminya nida-

Mon May 02, 08:49:00 AM  
Anonymous Anonymous said...

Well,
kalo buku diterima mentah-mentah, ya kita yang gagal.
here's why : buku adalah ide. dan semua ide mestinya bisa diperdebatkan.
makanya hampir semua buku saya penuh dengan coretan, saat mencoret-coret buku saya anggap "berdiskusi dengan pengarangnya". no coretan no diskusi. no diskusi = hiatus.

saya kurang sepakat kalo buku sebagai sumber kejahatan. saya cenderung ikut Freud : "sumber kejahatan itu ada di perut bawah perut". Bahkan Necronomicon aslipun saya rasa bisa memberi pelajaran.

So..so ?

Fri May 06, 10:51:00 AM  

Post a Comment

<< Home