&t /// JELAJAH BELANTARA ///: Grinding Indonesia Tour 2005.

Tuesday, April 19, 2005

Grinding Indonesia Tour 2005.

Menonton konser apapun bagi saya begitu menyenangkan.
Termasuk juga kemarin sabtu malam saat menyaksikan dengan mata
kepala sendiri dewa grindcore dunia, NAPALM DEATH, membombardir
sekitar 6000 metalheads seluruh Indonesia di Pantai Karnaval Ancol.
Gak nyangka banyak yang tau Napalm Death.
Ini laporan amatiran. Tanpa basa-basi seperti musik grindcore
itu sendiri (mungkin rekan Tremor lebih mahfum, kalo dia nonton juga)

THE VENUE.

Hampir mirip Bandung, komunitas underground Jakarta
ternyata melimpah. Sore itu pukul lima pintu masuk venue
belum dibuka. Pelataran parkir B Ancol penuh dengan metalheads
dari berbagai kota. Dari Bandung sendiri teman-teman saya
berbondong menyewa bis ke Jakarta. Bang Yur, salah seorang teman
bilang sekitar 1000-an teman-teman dari Bandung sudah datang.
Ha! Serasa kembali ke zaman kuliah dulu, bertemu kawan-kawan
seperjuangan! Apa kabar kawan?!
Mari ber-moshing ria di garda depan!

THE GRINDING OPENING.

Panggung dipersenjatai sistem suara 75.000 watt dan pencayahaan
100.000 watt. Bagus dan jernih. Jam sudah berdentang 8 kali,
ngaret seperti biasa tiba-tiba lampu padam dan selanjutnya
bisa ditebak. TENGKORAK yang menjadi band pembuka menampilkan
sekitar 10 lagu dari album awal sampai album terakhir mereka.
Band grindcore lokal yang sudah 11 tahun berjaya ini sebenarnya
kelewat besar di kancah major label Indonesia, dan kebanyakan
mereka dikenal di luar negeri daripada di Indonesia
(menyuplai underground scene lewat distro, zine, dan jaringan luas
ke luar negeri). Buat Ditto, makasih atas infonya.
Ombat cs main bagus. Rapi. Riff-riff yang 'meloncat'.
Blast beat-nya kenceng bener! Ketat! Hampir mirip Extreme Decay,
band grindcore asal Jawa Timur. Cuman ya itu, seperti kebanyakan
orang Indonesia, kok keteter staminanya. Trus tongkrongannya
gak cocok buat dipotret. Kecuali sang gitaris, Samir, rambut
personel laen kok ala 'stuck on you'? heuhuehue... stereotip lah.
But grreatttt act anyway! Band lokal memang tak kalah brutal!

HERE COMES THE GODFATHERS!

Setelah idle selama 30 menit, massa yang tak sabar
menanti, segera beranjak ke depan panggung hingga penuh
setelah Barney Greenway melambaikan tangan dan menggeber
lewat lagu pertama (aduh saya lupa tajuknya).
Terus terang saya mengalami ekstase sesaat malam itu.
Ini adalah band idola saya, beraksi di atas panggung di depan
mata saya. Mungkin terdengar berlebihan. Bukan untuk status keren
(bah! status itu racun!). Tapi saya benar-benar
tidak bisa menyembunyikan ekstase saya! Empat legenda hidup,
yang membesarkan khasanah musik saya selama ini!



Empat dedengkot grindcore ini semakin 'menggila' meneriakkan
lagu demi lagu. Tak terlihat sedikitpun mengalami degradasi stamina.
Aggressive act! Lirik setajam pisau cukur memang benar-benar
mereka suarakan. Dari penyangkalan eksistensi monarki di dunia
hingga kebusukan penjahat perang. Menghujat secara eksplisit
Ratu Inggris hingga Tony Blair dan George 'Wicked' Bush.
Ha! Bagi saya itu keren sekali! Mungkin juga terlalu kejam ketika
saya mendukung mosi tidak percaya terhadap pemerintah.
Never trust the government!

Memang tidak banyak lagu mereka yang saya hapal, namun
beberapa judul lagu seperti "Greed Killing", "The Inflitraitor",
"Constitutional Hell", "From Enslavement to Obliteration",

"Dementia Access", "Suffer the Children", "Scum",
beberapa judul
dari band metal legendaris Cryptic Slaughter, hingga 2 track
dengan warna grind/death cacophony, "Silence is Deafening" dan

"The Code is Red... Long Live the Code"
dari album ke-13
dengan judul yang sama, benar-benar memuaskan!
Ada 2 lagu yang dikhususkan untuk korban bencana tsunami Aceh,
salah satunya adalah "Nazi Punks Fuck Off", termasuk juga dalam
album amal untuk tragedi itu, Tsunami Benefit (album ini juga
diusung oleh band The Haunted dan Heaven Shall Burn)
Hingga diakhiri dengan lagu tersingkat sepanjang sejarah (0.6 secs!),
yaitu "You Suffer". Jadi hampir 30 lagu!

Mereka berempat jauh sekali dari kesan glamor. Tidak ngartis.
Apalagi nyelebritis. Gak komplen, karena mereka bukan rockstars.
Yang saya baca dari biografi mereka juga ternyata demikian.
Low profile dan gentleman seperti kebanyakan orang Inggris.
Gebukan drum Danny Herrera tampak masih intens, walau sudah
mulai tambun. Shane Embury memakai kaos band pionir grind/death
Repulsion, masih gondrong meskipun dengan kerontokan di depan
dan belakang; personel paling lama sekaligus bassis metal
yang tangguh; seorang di balik sebagian besar lirik-lirik cerdas ND.
Mitch Harris
masih tetap memanjangkan rambut, seorang
back-vocalist with screaming dissonance
dan gitaris
yang makin hebat saya lihat. Dan seorang Barney Greenway tetap
merupakan front-man yang bertanggung jawab, bersama Shane
menyusun kekuatan lirik ND; setidaknya setelah era Lee Dorian.
Veteran grindcore yang jenius. Benar-benar formasi solid!.

WHAT AN ENDING!

Posisi saya dan rekan Monnie memang tak jauh dari
bibir panggung, maklumlah jurnalis kacangan seperti saya
ini butuh spot yang menguntungkan untuk mengarahkan
moncong kamera digital tua saya. Sempat juga bersua
teman sekampus, si Anto anak TL dan Bonnie adik kelas saya.

Sebuah pertunjukan metal yang sukses berat saya kira.
Kendati banyak yang kurang sependapat dengan hadirnya
sponsor rokok Gudang Garam, yang dianggap 'korporasi
multinasional'. Saya sendiri sih menyebutnya sah-sah saja.
Namanya juga negara ketiga, duit dari mana gitu lhoh?
Melacur pada kekuatan korporasi asal tau posisi itu wajar.
Asal tidak memasang logo sponsor di backdrop panggung saja,
karena sangat mengganggu secara visual, dan bukan elemen utama.
Semua hadirin senang, entah itu metalheads sejati atau
sekedar poser saja. Riot. Chaos as it used to be!
Tidak saya jumpai vandalisme. Salut! Bahkan setua ini saya
akhirnya juga ikutan masuk dalam ekstase kesemrawutan penonton.
Headbanging. Moshing. Dorong sana lempar sini. What a gig!
Benar-benar pertunjukan yang memukau!
(buat Yudi dan Ditto, sayang kalian tak nonton).
Mungkin keramaian bukan hal yang saya sukai, tapi
saya tetap menikmati. Memacu adrenaline. Exciting!
Kuping saya juga pekak sebelah selama dua hari.
Apalagi hasil jepretan saya tidak ada yang jelas, ah dasar amatiran!
Bersamaan dengan raibnya ponsel kesayangan saya, lengkap sudah
memori pertunjukan ini. Kalo ada sumur di ladang dan umur panjang,
bolehlah kita berjumpa lagi wahay oom-oom Napalem Deth...
(wah, ternyata Mas Barney juga berkeinginan sama, ingin kembali
manggung di Indonesia bersama band2 metal papan atas dunia)
hehehe... Long Live the Code!

Saya menunggu kedatangan Anthrax, Slayer, dan tentunya
dewa deathmetal Suffocation, yang katanya juga mau diundang
ke sini. Kalo bisa mampir ke kosan saya juga :)

---

"... unless you think."
-
NAPALM DEATH, "Nazi Punks Fuck Off",
Nazi Punks Fuck Off (1994)

2 Thoughts You Share:

Anonymous Anonymous said...

akhi, ternyata anta tak larut...:)

-ummi nida-

Wed Apr 20, 04:52:00 AM  
Blogger wahyudi pratama said...

ke kostan situ ????? lewat ajaaa atep miring mau rubuh gituuu gimanaa suffocation mau mampirrrr hahahahaha

Wed Apr 20, 10:31:00 AM  

Post a Comment

<< Home