&t /// JELAJAH BELANTARA ///: AYAM Tetangga yang Apes.

Wednesday, February 09, 2005

AYAM Tetangga yang Apes.

Ada ayam di belakang kamar peraduan saya. Di dalam kandang
tentu saja yang dini hari tadi mengganggu sekali kenyenyakan
tidur saya. Karena beberapa anjing liar dengan serta merta
menerobos pagar besi tua dan mulai mengepung ayam-ayam itu.
Sepertinya anjing-anjing merangsek dengan buas, ayam-ayam itu
sangat ketakutan agaknya, berkoar-koar (bukan berkokok)
kesakitan dengan suara berdesibel tinggi nan menyayat jiwa.

Kasihan pikirku. Katanya tahun baru Imlek ini adalah tahun ayam.
Sedangkan ayam tadi malah mengawali harinya dengan sial.



Tahun Baru Imlek sebenarnya perayaan bagi agama Khong Hu Cu
yang kehadirannya ribuan tahun sebelum negara Cina diproklamirkan.
Ditandai dengan sujud syukur pada Thian, Tuhan mereka, dan
diikuti ritual-ritual keagamaan yang mendalam.
Jadi akan salah kaprah ketika harus mengkaitkannya dengan budaya
Cina.

Seperti kita ketahui, agama yang lahir dalam suatu wilayah tertentu
akan mempengaruhi tradisi setempat, bukan sebaliknya. Dan agama
Khong Hu Cu tidak merepresentasikan budaya Cina, karena agama ini
berbicara tentang Tuhan dan firmannya, Kebajikan dan sebagainya.

---

Penanggalan Imlek

Perhitungan penanggalan Imlek semula didasarkan atas peredaran bulan mengelilingi bumi (lunar calender), dan telah dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi. Uniknya perhitungan penanggalan ini juga didasarkan atas peredaran bumi mengelilingi matahari (solar calender), seperti penanggalan masehi. Maka terjadi penyesuaian yaitu melalui mekanisme yang dikenal sebagai 'Lun Gwee' (bulan ulang) atau penyisipan 2 (dua) bulan tambahan setiap 5 (lima) tahun. Dengan adanya penyesuaian ini maka lebih tepat disebut penanggalan Imyanglek (sistem lunisolar).

Dalam sejarah tercatat, penanggalan Imlek dimulai sejak tahun 2637 SM, sewaktu Kaisar Oet Tee / Huang Ti (2698-2598 SM) mengeluarkan siklus pertama pada tahun ke-61 masa pemerintahannya. Penanggalan Imlek sebutan asalnya adalah He Lek, yakni Penanggalan Dinasti Ke / Hsia (2205-1766 SM), di mana pertama kali mengenalkan penanggalan berdasarkan solar, dan penetapan tahun barunya bertepatan dengan tibanya musim semi. Dinasti Sing/Ien (1766-1122 SM) menetapkan tahun barunya mengikuti Dinasti He, yakni akhir musin dingin. Nabi Khongcu yang hidup pada zaman Dinasti Cou / Chin (1122-255 SM) merasakan bahwa sistem penanggalan yang dipakai Dinasti Ciu kurang mempunyai nilai praktis, yaitu karena tahun baru jatuh jatuh pada hari Tangcik (Tung Ze).Saat itu hari tengah musim dingin maka pendapat Nabi Khongcu, penanggalan Dinasti He yang paling tepat, hal itu dapat diketahui dari Sabda Nabi Khongcu : "Pakailah penanggalan Dinasti He ..." Kitab Sabda Suci (Lun Gi / Lun Yu) jilid XV : 11.

Adapun yang menjadi dasar pertimbangan Nabi Khongcu adalah kesejahateraan umat manusia. Pada kehidupan zaman dahulu, penetapan saat tahun baru memegang peranan yang amat penting, karena penetapan tersebut menjadi pedoman bagi semua orang untuk mempersiapkan segala pekerjaan untuk tahun yang berjalan, terutama para petani yang akan mulai bercocok tanam pada saat akhir musim dingin dan memasuki musim semi. Penanggalan ini sangat cocok bagi petani karena penanggalan tersebut perhitungan musim, peredaran matahari, serta uraian penjelasan mengenai iklim, maka penanggalan tersebut jadi populer dan disebut juga Long Lek (penanggalan petani).

Kaisar Han Bu Tee (140-86 SM) dari Dinasti Han (206 SM-220) menetapkan agama Khonghucu sebagai agama negara, dan penanggalan yang dianjurkan oleh Nabi Khongcu, yaitu He Lek resmi dipakai semua orang, baik masyarakat maupun pemerintahan dan tahun pertamanya dihitung dari tahun kelahiran Nabi Khongcu, yaitu tahun 551 SM, dengan demikian penanggalan Imlek dan penanggalan masehi berselisih 551 tahun. Oleh karenanya jika tahun masehi saat ini 2005, maka tahun Imleknya menjadi 2005 + 551 = 2556. Karena dihitung sejak Nabi Khongcu lahir maka tahun Imlek lazim disebut sebagai Khongculek.

Sistem penanggalan Imlek ini digunakan juga dalam kehidupan keagamaan di antara umatnya di Jepang, Korea, Vietnm, Taiwan, Burma, dan negara lainnya meskipun dengan nama yang diucapkan berbeda-beda tetapi merayakan hari tahun barunya sama. Bahkan di lingkungan agama Budha Sekte Mahayana yang berkembang di kawasan Asia Timur juga menggunakan penanggalan Imlek guna menentukan hari-hari suci keagamaannya.

Tahun Baru Khongcu (Imlek) selalu jatuh pada bulan baru (Chee It / Chu Yi) setelah memasuki Tai Han (T Kan) 21 Januari (Great Cold - saat terdingin), sampai dengan tibanya Hi Swi (Yi Sue) 19 Feebruari (spring showers - hujan musim semi). Tapi masih dapat ditolerir paling awal 3 hari sebelumnya seperti tahun 1969 jatuh pada hari Sabtu, 18 Januari 1969.

---

Ada satu sisi yang selalu menyita rasa penasaran saya, yaitu nasib.
Sial, untung, atau hoki, kata teman saya kita harus bangun pagi
seperti ayam-ayam yang selalu membangunkan kita, menyambut
mentari merekah memberi kelancaran rejeki. Itu kata temen saya
yang setengah cina tadi. Dan shio yang dianggap kebudayaan itu
dikatakannya berdasar gejala alam. Aha! Sebuah pemaknaan tanda
rupanya! Atas sebab apa?


Benar atau tidak, saya rasa kita memang seharusnya bangun pagi
untuk memulai segala kegiatan (secara normal) tanpa memandang
apakah ini tahun ayam atau tahun kalong atau sebangsa hewan.
Menurut hemat saya, peruntungan itu tidak ada. Dan saya paham
benar hasrat manusia yang selalu mencari korelasi antar medium,
yang KADANG tidak bersenyawa, artinya budaya tahayul demikian
bagi saya kurang masuk akal sama sekali, analogi dengan astrologi.
Ya, primordialisme sepertinya masih mendapat tempat di zaman
yang sudah ramai dengan teknologi wireless hi-fi ini.

Namun, tetep deh:
GONG XI FAT CAI 2556 buat yang merayakannya.
dan saya tetap menghargai usaha pemaknaan tanda tadi oleh
sebuah agama manusia yang bernilai tinggi.

(dicomot dari dunia internet yang memabukkan)

0 Thoughts You Share:

Post a Comment

<< Home