Rainy Days: Air Berarti Hidup.
Seteguk rasanya terguyur. Buka bersama sore tadi menyisakan elegi
yang tidak bisa saya hindari. Dalam kolak pun dia begitu berarti,
tidak sekedar pelarut yang baik hati. Senyawa bi-hidrogen dan
oksigen mengawali denyut Bumi, tanpa telihat lelah hingga sekarang.
Air tidak dipungkiri memang sumber kehidupan secara biologis.
Musim hujan telah datang. Pancaroba mengawali hari-hari yang akan
menjadi sejuk dan segar. Mungkin dari dulu air memang menyejukkan,
seperti kisah filsuf Yunani tentang sifat ketuhanan dari air.
Thales* menggagas bahwa air adalah dewa tertinggi, semacam
dewa kosmogenetik. Begitu kira-kira. Tentunya interpretasi
semacam ini adalah berbasis kontekstual, walaupun dia sendiri
tidak pernah berkata demikian. Namun bagi saya, memposisikan air
sebagai elemen pengikat kehidupan adalah argumen yang
teramat sulit untuk dipatahkan.
Hujan sesungguhnya membawa berkah. Saya hanya mencoba untuk
selalu berpikir positif terhadap semua hal. Andaikata hujan petir
di siang hari seperti sabtu kemarin, atau bencana amukan Katrina,
atau tumbukan subduksi itu mengirim limpahan air sebegitu dahsyat,
semata-mata itu hanyalah siklus alam yang terjadi bertepatan
dengan kualitas kehidupan di dekatnya. Kalau dalam Islam, tidak
akan ditemukan sebuah kebetulan, secuil apapun itu. Semoga bisa
meredam amarah Jakarta, menyuburkan padi para petani,
memberi senyuman kaum pinggiran, menghijaukan belantara.
Pertanyaannya, jika air sedemikian bagus, adakah dia layak
dijualbelikan? dirampas dari rahim ibunya? diuangkan?
Keterlaluan! Heran saya!
Selalu ada api dalam sekam.
Selamat datang, Wahai Musim Penghujan!
---
* Thales, salah seorang filsuf Yunani purba dari Miletos, sebuah kota pelabuhan
utama dan pusat perdagangan utama di Ionia, yg sekarang merupakan
pesisir barat daratan Turki. Karena merupakan daerah pertemuan antara
pandangan Timur (Mesir dan Babilonia waktu itu) dengan pemikiran Yunani,
lahirlah filsafat Yunani di sana.
Pemahamannya bahwa semua zat tersusun dari satu unsur yaitu air
(dpt diuapkan atau dibekukan), untuk pandangan barat, dia telah menyulut
obor estafet memulai "permainan" menyibak enigma hakikat zat dari generasi
ke generasi hingga sekarang dalam studi fisika partikel elementer.
yang tidak bisa saya hindari. Dalam kolak pun dia begitu berarti,
tidak sekedar pelarut yang baik hati. Senyawa bi-hidrogen dan
oksigen mengawali denyut Bumi, tanpa telihat lelah hingga sekarang.
Air tidak dipungkiri memang sumber kehidupan secara biologis.
Musim hujan telah datang. Pancaroba mengawali hari-hari yang akan
menjadi sejuk dan segar. Mungkin dari dulu air memang menyejukkan,
seperti kisah filsuf Yunani tentang sifat ketuhanan dari air.
Thales* menggagas bahwa air adalah dewa tertinggi, semacam
dewa kosmogenetik. Begitu kira-kira. Tentunya interpretasi
semacam ini adalah berbasis kontekstual, walaupun dia sendiri
tidak pernah berkata demikian. Namun bagi saya, memposisikan air
sebagai elemen pengikat kehidupan adalah argumen yang
teramat sulit untuk dipatahkan.
Hujan sesungguhnya membawa berkah. Saya hanya mencoba untuk
selalu berpikir positif terhadap semua hal. Andaikata hujan petir
di siang hari seperti sabtu kemarin, atau bencana amukan Katrina,
atau tumbukan subduksi itu mengirim limpahan air sebegitu dahsyat,
semata-mata itu hanyalah siklus alam yang terjadi bertepatan
dengan kualitas kehidupan di dekatnya. Kalau dalam Islam, tidak
akan ditemukan sebuah kebetulan, secuil apapun itu. Semoga bisa
meredam amarah Jakarta, menyuburkan padi para petani,
memberi senyuman kaum pinggiran, menghijaukan belantara.
Pertanyaannya, jika air sedemikian bagus, adakah dia layak
dijualbelikan? dirampas dari rahim ibunya? diuangkan?
Keterlaluan! Heran saya!
Selalu ada api dalam sekam.
Selamat datang, Wahai Musim Penghujan!
---
* Thales, salah seorang filsuf Yunani purba dari Miletos, sebuah kota pelabuhan
utama dan pusat perdagangan utama di Ionia, yg sekarang merupakan
pesisir barat daratan Turki. Karena merupakan daerah pertemuan antara
pandangan Timur (Mesir dan Babilonia waktu itu) dengan pemikiran Yunani,
lahirlah filsafat Yunani di sana.
Pemahamannya bahwa semua zat tersusun dari satu unsur yaitu air
(dpt diuapkan atau dibekukan), untuk pandangan barat, dia telah menyulut
obor estafet memulai "permainan" menyibak enigma hakikat zat dari generasi
ke generasi hingga sekarang dalam studi fisika partikel elementer.
6 Thoughts You Share:
Undang-undang tata laksana air itu jadi diteken nggak yah?
Perlu bikin blog + banner anti UUTLA itu nggak?
Guys,
masalah air sebenarnya sudah diatur dalam TAP MPR RI no: VI/MPR/2002 beserta persoalan lingkungan hidup yang lainnya.
Hanya saja (seperti biasa) terjadi inkosistensi manajemennya yang beakibat memburuknya kualitas lingkungan sekitar kita. Khususnya dalam PROKASIH (Program Kali Bersih).
Di situ bisa dilihat akuntabilitasnya tidak terwujud di lapangan, walaupun menyuruh rakyat ikut berpartisipasi, apalagi dalam otonomi daerah.
Kontrol dari pemerintah jangan diharapkan lagi, karena prioritas mengenai lingkungan hidup ternyata diabaikan, jika ujung2nya nyari proyekan juga. Bah!
Masyarakat madani yg benar2 sadar akan peran lingkungan memang HARUS dicapai, sehingga para cukong dan oportunis keparat itu tidak punya kesempatan mengeksploitasi lagi.
Mereka merajalela karena rakyat kita lemah, cacat mentalitas, kurang inisiatif. (saya juga kali ya? :Þ)
EVILS OF CAPITALISM!
NB: blog resistensi? wujudkan saja! ada lagi?
rainy days: air berarti hidup.
iyak betooolll... kita nggak bisa hidup tanpa air (dan internet hehehe)
mitologi yunani dan kebudayaan purba, manusia mendewakan alam, ada dewa air, dewi padi, dewa petir, etc. etc. alam dihormati.
sekarang karena tuhannya "ngga keliatan", jadi...ah cuek aja!
mungkin blog resistensi musti punya moto utk menyadarkan pembaca akan pentingnya lingkungan hidup...
hahaha... iya ya,
internet juga udah kayak nafas nih... musti ada. :D
hmmm...
blog resistensi bisa bakal mirip dengan fenomena adbuster ato culture-jamming tuh...
mari mari sudah saatnya kita menyalak!
hahahaaha
Setidaknya sekarang harga air udah kalah lagi dari bensin. Kecuali jika apa yang diutarakan di film Chain Reaction-nya Mas Nunu itu menjadi kenyataan - air menjadi bahan bakar. Namun tentunya hal tersebut akan sangat bersinggungan dengan kepentingan pihak tertentu. Kepentingan siapa? Hadirin sekalian mungkin sudah tahu.
Post a Comment
<< Home