&t /// JELAJAH BELANTARA ///: August 2005

Thursday, August 25, 2005

Catatan dari Mahameru.

The most important piece of equipment to bring with you when traveling in hiking or avalanche terrain is your brain. Not your partner's, your employer's, and certainly not your mother's 'cause she says you shouldn't be out there in the first place. YOUR brain! Too many outdoor adventure accidents are the result of leaving one's brain in the sock drawer.

You need your brain in order to figure out:
A) If you are in critical positions or avalanche terrain;
B) What the terrain stability is;
C) How weather is influencing natural outdoor hazard; and

D) What the consequences of your decisions may be.




Saya hampir tertimpa batu lava pijar!

Itulah mengapa saya semakin mencintai alam.
(aduh, lain kali pake safety helmet deh!)

Bagi saya, mendaki puncak-puncak tinggi di manapun adalah
kesepakatan saya dengan hidup. Sebuah kebutuhan
yang teramat
pelik buat dijabarkan dalam kata-kata indah.
Malah cenderung sulit
dan nampak tidak nyaman, tak seperti
cerita telenovela atau bahkan
dunia gemerlap chicklit. >>


Memang itulah salah satu pilihan. Gak perlu diperhatikan oleh orang
kebanyakan. Sama sekali gak usah. Silakan saja
kalo gak suka, tapi
kita tetap menerima spesies yang sevisi.
Ndak maksa.
Yang patut dicatat, bahwa pembagian 'Cartesian'
semacam ini
bergulir menurut hukum alam, bahkan seorang
Rene Descrates pun
juga manusia biasa, yang akan berhadapan
dengan dikotomi otoritas
kekuatan alam. (Pandangan dunia
mekanistik tersebut dianut oleh
ilmuwan
Isaac Newton, yang menyusun mekanika pada dasar
pandangan dunia itu dan menjadikannya sebagai pandangan
bagi fisika klasik. Hukum-hukum fundamental alam diselidiki oleh
ilmuwan karena itu dipandang sebagai hukum Tuhan, tidak berubah
dan abadi, di mana dunia
tunduk padanya,
di manapun di alam semesta ini.)

---

Malang, 18 - 24 Agustus 2005.

Bepergian dengan kenalan baru memang mengasyikkan.
Apalagi jarak yang ditempuh itu jauh. Ke Malang misalnya, terus
mendaki Gunung Semeru. Bukan mau sok-sokan membaca
karakter
teman lewat keletihan dan keterbatasan sokongan
hidup di alam
(ide yg dipake buat outbound perusahaan),
bagi saya kerasnya
usaha manusia adalah hakikat sebuah harga.
Perimeter yg kecil dan
semangat yg meluap bisa membuat
harga itu semakin tinggi,
bahkan hingga tak ternilai.
Nietzche bilang,
"That which does not kill us, makes us stronger."




Cuaca beruntung sekali sangat bersahabat. Hampir tak ada badai
dan kabut yang menusuk tulang. Dan bulan bersinar penuh.
Hingga akhirnya saya pun hampir tertimpa batu pijar dari kawah
Jonggring Saloko di puncak Mahameru (3.676 m dpl)
yang mendidih
beserta uap gas beracun yang akhirnya mengakhiri
pemikiran
Soe Hok Gie, membuat saya pontang-panting di antara
batu
peringatan almarhum dia dan teman-teman lain di puncak Jawa.

---

Ode to SOE HOK GIE.
Sebuah catatan perjalanan.